JEJARINGKALBAR.ID, –Ingatlah, Persatuan adalah Kekuatan. Kalian harus mendukung satu sama lain. Tidak boleh ada satu saudara pun yang dibiarkan gagal, sementara saudara yang lain berhasil.
Lima lembaga perbankan kalian mungkin akan mencakup Eropa, tapi harus menjadi satu perusahaan, satu keluarga, Rosthchild, yang selalu bekerja bersama. Itulah yang akan menjadi kekuatan kalian.
Itulah sekelumit wasiat yang disampaikan oleh Mayer Amschel Rothschild kepada keturunannya di akhri hayatnya.
Keluarga Rothschild merupakan salah satu keluarga paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah keuangan dunia.
Mereka telah banyak memberikan kontribusi besar, bukan hanya tentang sistem keuangan internasional, tetapi juga dalam peperangan dan politik.
Keluarga ini telah merintis kejayaannya di Frankfurt, Jerman, pada abad ke-18, dalam situasi diksriminasi yang kental dan aturan yang kurang berpihak kepada mereka, lantaran mereka adalah keluarga keturunan Yahudi.
Namun, siapa yang menyangka, Keluarga Rothschild yang dulu hidupnya terbatas, kini menjadi keluarga yang berpengaruh dan namanya dikenal luas, serta tercatat dalam sejarah dunia.
Bibit kesusksesan dari Keluarga Rothschild ini sudah dimulai di Frankfood, Jerman. Pada 1769, ketika Mayer Amschel Rothschild, yang lahir di wilayah Geto atau sebuah wilayah yang berarti lorong Yahudi, memulai bisnisnya di tengah keterbatasan dan aturan ketat yang sangat diskriminatif terhadap kaum Yahudi.
Pada masa itu, orang-orang Yahudi, seperti Keluarga Rothschild, tidak boleh memiliki tanah atau mengelola bisnis pertanian. Jadi, akhirnya Mayer sempat mengikuti jejak ayah dan kakeknya, yaitu menjadi pedagang tekstil.
Namun, sayang sekali, Geto bukanlah tempat yang tepat untuk mengembangkan bisnis tekstil tersebut karena mayoritas masyarakat Geto adalah pedagang tekstil dan perabot rumah tangga.
Tampaknya, memang bisnis-bisnis itulah yang bisa mereka geluti karena Pemerintah Jerman yang berkuasa saat itu melarang para keturunan Yahudi untuk berbisnis hal-hal lain yang lebih mewah. Bahkan, jika itu hanya bisnis kain sutera atau buah-buah segar.
Mayer yang tidak puas dengan bisnis tekstilnya, akhirnya mencari celah dan menemukan lahan bisnis lain yang membuatnya sangat bersemangat karena Mayer yakin bisnisnya kali ini akan memberi keuntungan besar.
Selain melakukan bisnis jual beli barang antik, Mayer juga menjalankan bisnis jual beli koin emas yang di dunia modern saat ini disebut sebagai Trading.
Sebagai pedagang yang cerdas, Mayer kemudian mengembangkan strategi bisnis yang saat ini dikenal sebagai strategi front running, yaitu perdagangan saham atau aset keuangan, dimana seseorang sudah mengetahui informasi penting yang yang belum masuk ke ranah publik dan melakukan pembelian aset, sehingga akan mendapatkaan keuntungan lebih tinggi dengan memanipulasi harga jualnya lagi.
Mayer akhirnya menggeluti bidang ini dengan bertindak sebagai orang yang melakukan transaksi jual beli atas perintah klien atau investornya, atau saat di dunia modern mungkin Mayer akan dikenal sebagai Pialang Saham alias Broker.
Saat itu, klien utama Mayer adalah Pangeran William dari Hearst Castle, yang selalu ingin membeli koin emas.
Cara kerja Mayer adalah, dia akan menggunakan uang pinjaman untuk membeli barang yang diinginkan, lalu menjualnya ke Pangeran Wiliiam dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga saat Mayer membelinya.
Dengan cara bisnis seperti inilah, akhirnya di tahun 1782, Mayer mengumpulkan kekayaan yang jumlahnya sangat besar dan ia segera menjabat posisi sebagai manajer investasi untuk harta milik Pangeran William.
Bagi orang-orang, Mayer mungkin sudah mencapai puncak kejayaannya, tetapi tidak bagi Mayer yang menganggap ini adalah sebagai permulaan.
Mayer ingin menciptakan pijakan yang kuat di dunia keuangan dan akhirnya mengembangkan kekayaannya dengan membentuk sebuah bank. Ini dilakukan Mayer untuk mendapatkan pengakuan, penerimaan dan kepercayaan dari masyarakat, serta tentu saja untuk menambah pundi-pundi kekayaannya.
Cara ini, terbukti menjadi cara paling Brilian yang ditempuh Mayer, karena akhirnya, pada akhir tahun 1700-an, Mayer telah menjadi orang terkaya di Frankfurt, Jerman. Hanya saja, kekayaan itu baginya belum cukup untuk dia dan keluarganya untuk mendapatkan pijakan yang kuat agar mampu membentuk dinasti keluarga yang akan bertahan dalam ujian waktu, bahkan melampaui sebuah bangsa dan kerajaan yang ada.
Dari sini bisa dipahami, bahwa tujuan Mayer bukan hanya karena uang dan harta kekayaan, tetapi sebuah pencapaian yang lebih besar dan kemenangan melawan zaman.
Untuk mencapai semua itu, Mayer perlu berpikir, bertindak lebih besar dan luas dalam menjalankan taktik bisnisnya.
Kemudian, Mayer melakukan ekspansi bisnis dengan mengirimkan 4 dari 5 puteranya untuk membangun cabang-cabang bank di negara lain yang ada di eropa, yaitu di Vienna, Napoli, Paris dan London.
Kini, seluruh bank yang dibangun Mayer dikelola oleh Putera-puteranya sendiri, yaitu Amschel Mayer Rothschild, putera pertama yang mengelola cabang pusat di Frankfurt; Salomon Mayer Rothschild, mengelola cabang di Vienna; Nathan Mayer Rothschild, mengelola cabang di London; Carl Mayer Rothschild, mengelola cabang di Napoli; dan James Mayer Rothschild, si bungsu yang mengelola cabang di Paris.***
Sumber: Youtube Kamar Film