JEJARING KALBAR, -Pada 16 Desember 1920, gempa bumi besar mengguncang Provinsi Gansu di Tiongkok, menandai salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah. Dengan kekuatan mencapai 8,5 skala Richter, gempa ini meluluhlantakkan wilayah yang didominasi oleh perbukitan dan lembah-lembah, menyebabkan kehancuran luas dan korban jiwa yang luar biasa. Diperkirakan sekitar 200.000 orang tewas dalam tragedi ini, sebagian besar akibat longsoran tanah yang menyapu desa-desa.
Gempa ini terjadi di wilayah yang dikenal rawan aktivitas seismik karena lokasinya di sepanjang patahan besar Tiongkok Utara. Namun, tingkat kehancuran yang terjadi diperburuk oleh kondisi geografis setempat. Gansu memiliki banyak tebing curam dan perbukitan yang terdiri dari tanah loess, jenis tanah gembur yang sangat rentan terhadap erosi dan longsor. Ketika gempa mengguncang, tanah ini runtuh, mengubur ribuan rumah dan penduduk di bawahnya.
Selain korban jiwa, gempa ini menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur. Jalan-jalan dan saluran komunikasi terputus total, membuat upaya penyelamatan sangat sulit dilakukan. Ribuan bangunan tradisional yang terbuat dari batu bata dan kayu roboh seketika. Beberapa kota kecil hancur tanpa jejak, sementara daerah-daerah pedesaan terisolasi selama berminggu-minggu tanpa bantuan.
Bencana ini juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Banyak keluarga kehilangan seluruh anggota mereka, menciptakan trauma psikologis mendalam bagi para penyintas. Selain itu, musim dingin yang keras memperburuk keadaan, menyebabkan kelaparan dan penyakit di antara para korban yang selamat. Bantuan dari pemerintah sangat terbatas pada saat itu, mengingat kurangnya teknologi dan infrastruktur untuk menangani bencana berskala besar.
Secara historis, gempa Gansu 1920 menjadi salah satu peringatan awal bagi Tiongkok tentang risiko tinggi gempa bumi di wilayahnya. Namun, bencana ini juga menunjukkan kelemahan dalam sistem mitigasi bencana di era tersebut. Banyak pelajaran yang kemudian diambil, termasuk pentingnya pembangunan struktur yang tahan gempa di wilayah rawan bencana.
Kini, hampir seabad setelah gempa Gansu, wilayah tersebut telah mengalami banyak perubahan. Teknologi modern telah memungkinkan upaya mitigasi dan respon bencana yang lebih baik. Namun, gempa 1920 tetap menjadi pengingat akan betapa dahsyatnya kekuatan alam dan pentingnya kesiapan masyarakat untuk menghadapi risiko seismik.
Tragedi ini tercatat dalam sejarah dunia sebagai salah satu gempa paling mematikan. Meskipun dunia telah berkembang pesat dalam penanganan bencana, gempa Gansu meninggalkan pelajaran penting yang masih relevan hingga hari ini: pentingnya kewaspadaan, perencanaan, dan solidaritas dalam menghadapi ancaman alam yang tak terduga. ***
Berbagai Sumber