Gaya Hidup

The Rothschild Family Part II: Mengapa Keluarga Jadi Prioritas?

×

The Rothschild Family Part II: Mengapa Keluarga Jadi Prioritas?

Sebarkan artikel ini
Rothschild Family/Youtube Kamar Film
Rothschild Family/Youtube KamarFilm

JEJARINGKALBAR.ID, –Di awal tahun 1800-an, Inggris sedang menjadi negara adidaya global dengan pengaruh kerajaan yang luas.

Mereka tidak tertandingi, apalagi di laut, karena ada angkatan laut kerajaan yang ditugaskan.

Bertepatan dengan hal itu, revolusi industri pun telah terjadi dan mempengaruhi ekonomi dunia, karena inggris telah menjadi pusat industri dan manufaktur.

Sektor keuangan yang berpusat di London semakin kuat dan menjadi pusat keuangan global.

Saat itulah, Nathan Rothschild yang dikirim ke London oleh ayahnya mengambil peluang dan bertekad untuk memperlihatkan pada ayahnya bahwa dia bisa mengembangkan bisnis keluarganya menjadi lebih besar.

Di antara saudara-saudaranya, Nathan memang terbilang lebih amnbisius dan konpetitif, tetapi dia juga sangat temperamen hingga mudah tersinggung dan cepat menyerah dalam urusan bisnisnya.

Sebenarnya, tidak akan ada yang menyangka bahwa Nathan akan menjadi sosok paling berhasil di antara saudara-saudaranya.

Saat itu, dia dikirim ke London dengan membawa uang sebanyak 20.000 Poundsterling atau saat ini setara dengan 1.380.000 Poundsterling, yang jika dirupiahkan akan mencapai nominal Rp27.090.339.931,- sebagai uang investasi dari ayahnya.

Nathan segera mengembangkan uangnya menjadi berkali-kali lipat lewat bisnis di industri tekstil yang saat itu memang sedang bertumbuh di London.

Melalui industri tekstil inilah Nathan menciptakan 3 sumber keuntungan, yaitu dari bahan mentah, pewarna tekstil dan produksi.

Jadi, Nathan meneyediakan bahan-bahan mentah dan pewarna ke pabrik-pabrik tekstil, lalu Nathan akan membeli barang-barang hasil produksi di pabrik dengan harga yang jauh lebih murah dan dia akan menjualnya dengan harga yang lebih murah daripada siapapun.

Peluang yang diambilnya ini, membuat Nathan mampu melipatgandakan uang investasi dari ayahnya yang semula sebesar 20.000 Poundsterling menjadi 60.000 Pounsterling atau saat inni karena inflasi menjadi setara dengan 4.142.431 Poundsterling, yang lagi-lagi jika dirupiahkan akan mencapai nominal yang sangat fantastis, yaitu sekitar Rp81 miliar, hanya dalam waktu beberapa bulan saja.

Selain bisnis tersebut, Nathan juga melakukan bisnis gelap lain beruppa penyelundupan barang tekstil dan logam mulia yang sangat meneguntungkannya, hingga di tahun 1808, Nathan dikenal dengan reputasinya sebagai orang yang sangat terampil dan unggul dalam berbisnis.

Dalam beberapa tahun saja, setelah Nathan memulai bisnisnya di London, ia berhasil mendapatkan pertumbuhan penjualan yang mmengesankan sebesar 800.000 Poundsterling atau saat ini setara dengan 58.252.946 Poundsterling, yang jika dirupiahkan akan mencapai sekitar Rp1,143 triliun.

Dengan modal sebesar itu ditangannya, Nathan baru akan membuka Bank Rothschild, dengan tekad bahwa dia akan membangun yang lebih besar daripada bank milik ayahnya yang ada di Franfurt, Jerman.

Nathan sangat ingin membuat ayahnya bangga dan memperlihatkan kesuksesannya pada sang ayah, tetapi sayang sekali, sebelum Nathan mencapai puncak kesuksesannya, di tahun 1812, kesehatan Mayer menurun dengan cepat dan dia tidak pernah mempunyai kesempatan melihat pencapaian-pencapaian yang kelak akan diraih oleh Nathan.

Mayer meninggal, setelah menyampaikan wasiat kepada anak-anaknya agar selalu menempatkan keluarga sebagai yang pertama dan utama dalam kepentingan, serta prioritas mereka, agar Rothschild tetap sejahtera.

Wasiat inilah yang nampaknya menjadi alasan mengapa dinasti Rothschild berumur panjang kkesuksesannya.

Ikatan keluarga mereka dan pijakan yang dibuat bersama-sama, menjadi sangat kuat untuk membantu mereka meraih kesuksesan dalam berbisnis.***

Sumber: Youtube Kamar Film

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *