Mempawah

“Rumah Hangus, Hanya Dompet Tersisa” Kisah Pilu Korban Kebakaran di Gang Nelayan Sungai Pinyuh 

×

“Rumah Hangus, Hanya Dompet Tersisa” Kisah Pilu Korban Kebakaran di Gang Nelayan Sungai Pinyuh 

Sebarkan artikel ini
Puing kebakaran rumah warga di Gang Nelayan, Sungai Pinyuh.
Puing kebakaran rumah warga di Gang Nelayan Sungai Pinyuh.

SUNGAI PINYUH, JEJARING KALBAR – Air mata Johansyah tak terbendung, sambil menjawab pertanyaan wawancara matanya sembab, suaranya bergetar menahan sesak di dada. Di saat rumahnya yang hangus dilahap api tinggal puing-puing, ia masih sulit percaya, tempat yang selama ini ia sebut rumah, kini tinggal arang. Tiangnya pun tidak bersisa.

Peristiwa tragis itu terjadi pada Minggu malam, 6 Juli 2025, di Gang Nelayan, RT 06 RW 04, Kelurahan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Sekitar pukul 00.30 WIB. Tragedi kebakaran ini meninggalkan luka yang tak hanya membakar rumah dan harta benda, tapi juga menyisakan trauma dan duka yang dalam di hati korban.

“Saya baru pulang dari Puskesmas, nengok istri yang sedang sakit,” tutur Johansyah dengan suara parau. “Anak-anak tadi malam tiba-tiba cerewet, jadi saya antar pulang duluan, buatkan susu. Mereka tidur… saya pasang racun nyamuk, lalu ketiduran.”

Suara letupan seperti kerupuk digoreng membangunkannya sekitar pukul 12 malam. Ia tertegun. Saat beranjak ke luar kamar, pemandangan mengerikan menyambutnya, dapur sudah dilalap si jago merah, atap rumah bolong, hawa panas menyeruak ke seluruh penjuru rumah.

“Saya siram air, teriak minta tolong… tapi api cepat sekali membesar,” katanya sendu. Ia mengingat kembali peristiwa tadi malam. “Saya hanya sempat selamatkan anak-anak. Untung dompet saya masih ada di saku… selain itu semuanya habis. Pakaian, dokumen, barang-barang, semua tinggal abu.”

Kini, Johansyah dan keluarganya menumpang di rumah kerabat. “Saya bukan orang berada. Tapi kenapa saya yang ditimpa musibah… rasanya seperti tidak ada orang lain,” katanya pelan, menatap jauh ke depan.

Ujian hidup seolah tak henti datang kepadanya. Istri yang sedang dirawat di Puskesmas, anak-anak yang silih berganti jatuh sakit—DBD, campak, hingga pernah seluruh anggota keluarga terkulai lemah karena sakit bersamaan. Untung masih ada BPJS, katanya, yang membantu menanggung biaya rumah sakit selama ini.

Dengan suara lirih dan wajah yang belum sepenuhnya bisa menyembunyikan rasa kehilangan, Johansyah menyampaikan harapannya. “Semoga pintu hati pemerintah terketuk… Saya mohon maaf kalau belum sanggup menjawab pertanyaan. Rasanya hati ini belum bisa menerima kenyataan.”

 

Pewarta: Bung Ranie 

Jangan lupa ikuti Facebook, Instagram dan Tiktok Jejaring Kalbar 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *