SAMBAS, JEJARING KALBAR, – Puluhan santri Pondok Pesantren Al Furqon di Desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, mengalami gejala yang diduga akibat keracunan makanan setelah menyantap makan siang pada Rabu, 23 Juli 2025.
Sekitar satu jam pasca makan, para santri mulai mengeluhkan gejala seperti gatal-gatal, mual, muntah, mata dan wajah memerah, serta kesulitan bernapas.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, Ganjar Eko Prabowo, mengonfirmasi kejadian tersebut. Ia menyebutkan laporan pertama diterima dari pihak pengelola pondok sekitar pukul 13.50 WIB.
“Begitu kami menerima laporan, tim dari Puskesmas Tebas langsung dikerahkan untuk melakukan penanganan awal. Santri yang menunjukkan gejala segera diarahkan ke UGD,” jelasnya.
Sesampainya di Puskesmas, para santri mendapatkan perawatan medis. Berdasarkan pendataan sementara, total korban mencapai 62 orang, terdiri dari 18 santri laki-laki, 32 santri perempuan, dan 3 orang guru.
Ganjar mengatakan dari jumlah tersebut, 10 di antaranya mengalami gejala yang cukup serius seperti lemas dan sesak napas sehingga memerlukan infus dan pemantauan intensif.
“Syukurlah, kondisi seluruh pasien saat ini stabil. Tidak ada yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain, dan beberapa di antaranya sudah diperbolehkan kembali ke pondok,” tambahnya.
Untuk menelusuri penyebab kejadian, Dinas Kesehatan mengerahkan tim gabungan yang terdiri dari petugas surveilans, tenaga kesehatan lingkungan, farmasi, serta aparat kepolisian.
Pihak Dinas Kesehatan jugatelah melakukan investigasi langsung ke lokasi dan mengumpulkan sampel makanan yang diduga menjadi sumber keracunan. Menu makan siang yang dikonsumsi para santri saat itu terdiri dari nasi, ikan tongkol goreng, dan sayur mentimun.
Ganjar menegaskan semua sampel makanan, termasuk sisa bahan mentah yang ada di dapur, telah dikirim ke laboratorium untuk uji lebih lanjut.
“Masih menunggu hasil laboratorium. Sampai saat ini belum bisa dipastikan penyebab pasti keracunan,” ujar Ganjar.
Sebagai langkah antisipatif, Dinas Kesehatan mengimbau seluruh lembaga pendidikan, khususnya yang memiliki asrama, agar lebih memperhatikan kebersihan dalam proses pengolahan makanan.
“Kejadian ini menjadi peringatan penting tentang betapa krusialnya keamanan pangan, terutama di lingkungan pendidikan,” pungkas Ganjar.
Sementara itu, Pengawas Yayasan Al Furqon, Ahmad Wildan, turut mengonfirmasi kronologi kejadian. Ia menuturkan bahwa gejala awal muncul sekitar satu jam setelah makan.
“Awalnya hanya satu dua orang santri yang merasa tidak enak badan, lalu dalam waktu singkat gejalanya menyebar ke puluhan santri lainnya,” tutur Wildan.
Melihat perkembangan situasi yang cepat memburuk, pihak pesantren segera berkoordinasi dengan para pengajar untuk membawa para santri ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Kami langsung bertindak cepat agar kondisi para santri tidak makin parah,” tutup Wildan.*** (Sera)