JEJARINGKALBAR.ID, -Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan Fakultas Kesehatan Hewan (FKH) Universitas Brawijaya berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta oleh Kemdikbud Ristek Than 2024.
Mereka adalah Ade Surya Ananda, Renaldi Saputra dan Putri Salsabila Risa yang ketiganya merupakan mahasiswa FTP Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIP) Angkatan 2023. Berikutnya Miftahul Jannah dan Tyas Fachrunnisa, mahasiswa Pendidikan Dokter Hewan, FKH Angkatan 2022.
Kelima mahasiswa tersebut meneliti “Potensi Formula Ekstrak Serai Dapur (Cymbopogon citratus) dan Cengkeh (Syzygium aromaticum) dalam Menghambat Pertumbuhan Tungau dan Bakteri Penyebab Penyakit Scabies” di bawah bimbingan Prof. Dr. Sucipto, STP. MP. IPU.
“Fokus penelitian ini adalah bagaimana ekstrak sereh dan cengkeh dapat menjadi akarisida, ovicidal, antibakteri, bahkan antiinflamasi yang membantu penanganan scabies” tutur Ade.
Scabies, lanjut Ade, merupakan penyakit kulit yang banyak menyerang hewan ternak ruminansia, terutama kambing dan kelinci, serta dapat menular ke manusia (bersifat zoonosis) baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyakit ini sangat popular di kalangan peternak karena tersebar di seluruh Indonesia dan menyebabkan ternak mengalami stress, kurus, pertumbuhan terhambat, daya tahan tubuh menurun, penurunan produktivitas, hingga kematian yang tentunya merugikan peternak.
Scabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei, yang hidup di terowongan lapisan kulit sehingga memicu munculnya infeksi sekunder oleh bakteri, seperti bakteri Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus.
Meskipun prevalensi cenderung sedang, akan tetapi apabila dalam satu kelompok ternak terdapat satu saja yang terinfeksi, maka akan menyebar dalam waktu singkat.
Sejauh ini, penanganan scabies menggunakan antibiotic berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit dan resistensi, sedangkan penggunaan obat kimia seperti permethrin, oral ivermectin, formaldehyde juga memiliki efek samping berupa peradangan kulit, alergi, dan bahkan potensi menyebabkan kanker.
Oleh sebab itu, Ade dan rekan-rekanya berupaya menghadirkan solusi alternatif yang aman dan ampuh dalam menghambat pertumbuhan tungau dan bakteri pada penyakit scabies.
Sereh dipilih oleh Ade dan rekan-rekanya, karena minyak serai dapur (Cymbopogon citratus) memiliki bahan aktif citral, berupa geranial dan neral yang bersifat antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan ovicidal sehingga efektif mencegah pembengkakan, pertumbuhan bakteri dan tungau, serta penetasan telurnya.
Sedangkan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) memilki bahan aktif eugenol yang bersifat antioksidan, akarisida, insektisida, dan antibakteri sehingga dapat membunuh tungau dan bakteri.
Bersama rekan-rekanya, Ade telah melakukan berbagai tahapan peneliltian untuk menguji efektivitas ekstrak sereh dan cengkeh dalam penanganan scabies pada kelinci.
“Kami telah melakukan identifikasi scabies baik secara uji klinis maupun mikroskopis, ekstraksi sereh dan cengkeh, uji kandungan senyawa aktif (GC-MS), formulasi sediaan herbal dalam bentuk spray, dan uji efektivitas melalui aplikasi spary herbal seacra in vivo pada kelinci yang terkonfrimasi positif scabies” tuturnya.
Ade berharap penelitian yang dilakukan bersama rekan-rekannya dapat bermanfaat luas, tidak hanya bagi peternak, tetapi juga nantinya dapat menjadi acuan untuk dilanjutkan uji terhadap manusia.
“Harapan kami PKM ini ke depanya dimudahkan dalam publikasinya, serta hasil penelitian bermanfaat luas, tidak hanya bagi peternak, tetapi dapat dipertimbangkan untuk diuji pada manusia” pungkasnya. ***
Darma Irawan