SUNGAI PINYUH, JEJARING KALBAR – Di ujung sebuah desa yang tenang di Kecamatan Sungai Pinyuh, berdiri satu rumah mungil berukuran 4×5 meter, berdinding papan tipis yang mulai lapuk dimakan usia. Di situlah Tamimi, atau yang akrab disapa Aban, hidup bersama dua anaknya sejak tahun 2001. Rumah itu dibangun dengan tangan sendiri, di atas tanah milik saudara. Bukan karena pilihan, tetapi karena keadaan.
“Saya tinggal di sini sudah dari tahun 2001. Rumah ini saya bangun sendiri, tapi tanahnya bukan milik saya, cuma pinjam dari abang sepupu,” tutur Tamini, matanya berkaca-kaca, Jumat 27 Juni 2025.
Dengan penghasilan seadanya dari bekerja membersihkan kantor Polsek Sungai Pinyuh setiap pagi dan menjadi buruh sawit selepas itu, Tamimi tak pernah berani bermimpi lebih dari sekadar bisa bertahan hidup hari demi hari.
“Saya kerja bersih-bersih di Polsek. Berangkat jam enam pagi, pulang setengah delapan, lalu lanjut kerja sawit. Itu pun bukan sawit saya, cuma kerja bantu orang,” ujarnya lirih.
Tak ada aliran listrik, tak ada kamar mandi. Rumah itu lebih mirip pondok sementara, tapi di situlah Tamimi menambatkan harapan untuk membesarkan dua anaknya, di tengah segala keterbatasan.
Namun, kisah Tamimi tak berakhir dalam sepi. Pada Juni 2025 ini, cahaya mulai masuk melalui celah dinding kayu rapuh itu. Komunitas motor King Rattle Club Sungai Pinyuh, bersama Polsek Sungai Pinyuh, hadir membawa angin perubahan. Mereka menyalurkan bantuan berupa perlengkapan rumah, kebutuhan pokok, hingga menggalang pembangunan rumah baru yang layak huni, semuanya dilakukan secara gotong royong dan penuh ketulusan.
“Alhamdulillah, hati kami sangat tersentuh. Ini murni inisiatif dari sesama anggota komunitas. Kami kumpulkan donasi sendiri, dan hasilnya kami bawa ke sini,” ujar Usu Hafiz, Ketua Korwil King Rattle Club wilayah Sungai Pinyuh.
Dari komunitas yang identik dengan deru motor dan semangat kebersamaan, kini lahir pula empati dan aksi nyata untuk mereka yang membutuhkan. Bantuan yang diberikan pun bukan sekadar materi, dua tempat tidur, kasur, beras, pintu WC, tapi juga tenaga, waktu, dan harapan baru bagi keluarga kecil Tamimi.
Kapolsek Sungai Pinyuh, AKP Setyadi, mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Bhayangkara ke-79 tahun 2025, yang dimaknai secara lebih mendalam: menghadirkan kepolisian yang benar-benar menyatu dan peduli terhadap masyarakat.
“Ide awalnya dari Bhabinkamtibmas kami yang melihat langsung kondisi Pak Tamimi. Setelah kami cek ke lokasi, memang sangat memprihatinkan. Rumah tidak layak, tanpa listrik, tanpa WC, bangunan pun nyaris roboh. Maka kami sepakat, ini layak menjadi program bedah rumah dari Polres Mempawah,” kata AKP Setyadi.
Pembangunan rumah baru sudah dimulai. Dengan ukuran 6×6 meter, desain dua kamar, dan fasilitas MCK sederhana, rumah itu kini berdiri di atas tanah milik Tamimi sendiri, memberi harapan akan kehidupan yang lebih layak bagi ketiga penghuninya.
“Kalau saya lihat sekarang, pembangunan sudah 30%, dan insya Allah besok atap mulai dipasang. Alhamdulillah, semua ini tidak lepas dari bantuan warga, aparat desa, dan rekan-rekan kami di Polsek serta para dermawan yang ikhlas membantu,” tambahnya.
Di tengah zaman yang serba cepat dan individualistis, kisah ini mengingatkan bahwa kebaikan masih ada, dan harapan masih tumbuh, bahkan di rumah yang nyaris roboh sekalipun. Di balik papan yang mulai lapuk, kini harapan baru sedang dibangun, seiring semangat Hari Bhayangkara yang ke-79: “Polri Presisi, Siap Menjawab Tantangan dan Peduli terhadap Rakyat.” *** (Bung Ranie)
