SAMBAS,– Menjelang perayaan Cap Go Meh 2025, masyarakat Tionghoa di Kabupaten Sambas kembali menggelar ritual cuci jalan. Tradisi ini dipercaya dapat membersihkan kota dari hal-hal buruk dan menjadi penutup perayaan Tahun Baru Imlek.
Ketua Taruna Merah Putih Sambas, Henry, menjelaskan bahwa ritual cuci jalan memiliki makna mendalam bagi masyarakat Tionghoa.
“Ritual cuci jalan dipercaya sebagian masyarakat Tionghoa untuk membersihkan kota setempat dari hal-hal buruk selama satu tahun ke depan pada Tahun Imlek 2025 ini. Cuci jalan dilakukan menjelang Cap Go Meh dan menjadi penanda berakhirnya Tahun Baru atau penutup dari perayaan Tahun Baru Imlek,” ujarnya, Kamis 13 Februari 2025.
Ia juga menyoroti peran tradisi Tatung dalam ritual ini. “Saat merayakan Cap Go Meh, tradisi Tatung berfungsi sebagai ritual pencucian jalan agar bersih dari segala roh jahat yang mendatangkan sial di seluruh kota. Inilah mengapa para Tatung melakukan aksi berkeliling saat merayakan tradisi ini,” tambahnya.
Selain memiliki nilai spiritual, Cap Go Meh juga menjadi simbol kebersamaan dan keberagaman. “Cap Go Meh mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan dan menjaga tradisi leluhur. Di berbagai daerah, Cap Go Meh dirayakan dengan cara berbeda, di mana para peserta melakukan atraksi spiritual sebagai bagian dari tradisi pembersihan diri,” kata Henry.
Menurutnya, Cap Go Meh bukan hanya sekadar perayaan etnis Tionghoa, tetapi juga menjadi simbol harmoni bagi masyarakat Indonesia. “Dengan semangat kebersamaan dan keberagaman, Cap Go Meh tidak hanya menjadi perayaan etnis Tionghoa, tetapi juga simbol harmoni bagi masyarakat Indonesia,” pungkasnya.
Terakhir, ia berpendapat ritual cuci jalan dan tradisi Tatung dalam perayaan Cap Go Meh di Sambas menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung keberagaman budaya di Indonesia. ***