MEMPAWAH, JEJARING KALBAR,– Seorang pendeta bernama Suryanto mengalami luka serius di bagian mulut setelah tersangkut benang layangan saat berkendara di Jalan Raya Anjungan-Toho, tepatnya di daerah Kecurit, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah. Kejadian ini terjadi pada sore hari saat ia dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya.
Pendeta Suryanto, yang sehari-hari bertugas di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mempawah, mengaku insiden itu terjadi sekitar pukul 17.00 WIB, setelah sempat singgah sejenak untuk berbincang dengan seorang teman.
“Saya pulang jam 5 sore, sempat singgah sebentar ngobrol dengan teman. Saat melanjutkan perjalanan dan tiba di Kecurit, tiba-tiba ada benang layangan yang melilit mulut saya,” ujarnya saat dirawat di RSUD Rubini, Senin 28 Juli 2025 malam.
Ia menyebut sempat berhenti karena ada kendaraan di depannya, namun nahas, wajahnya justru tersangkut benang tajam yang diduga masih dimainkan oleh orang di sekitar lokasi.
“Saya menduga itu bukan benang putus. Kalau sudah putus, mungkin tidak sekuat itu,” tambahnya.
Usai kejadian, Suryanto memutar balik motornya dan menemukan tiga orang tengah bermain layangan tidak jauh dari lokasi. Ia meminta pertanggungjawaban, namun mereka membantah bahwa benang tersebut milik mereka.
Dalam kondisi luka, ia segera mencari pertolongan medis ke praktik dokter terdekat. Dari sana, ia dirujuk ke Puskesmas Sungai Pinyuh, kemudian dilanjutkan ke RSUD Rubini karena luka yang cukup serius di bagian bibir. Sayangnya, rencana operasi sempat tertunda karena kadar gula darahnya meningkat.
“Bibir saya robek cukup dalam. Sempat mau dioperasi, tapi gula darah saya naik, jadi sekarang masih dirawat inap,” katanya.
Pendeta Suryanto mengaku sudah menggunakan helm dan jaket tebal saat berkendara, hanya tidak mengenakan masker. Ia bersyukur luka tidak mengenai bagian leher.
“Kalau kenanya di leher, mungkin saya sudah meninggal,” ucapnya.
Ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan tegas terkait aktivitas bermain layangan di pinggir jalan yang membahayakan pengguna jalan lain.
“Harapan saya orang yang main layangan ini bertanggung jawab. Pemerintah juga harus bertindak. Ini sudah membuat orang celaka,” tegasnya. ***
Pewarta: Bung Ranie