SAMBAS, JEJARING KALBAR – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) menggelar Dialog Panel bertajuk “Peran Mahasiswa dalam Mencegah Paham Intoleransi dan Radikalisme di Kabupaten Sambas”, Kamis (17/4/2025), bertempat di Aula Poltesa.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan masyarakat umum mengenai bahaya paham intoleransi dan radikalisme yang dapat mengancam persatuan bangsa, khususnya di Kabupaten Sambas.
Dialog panel menghadirkan tiga narasumber dari berbagai latar belakang, yakni perwakilan Polres Sambas, tokoh agama, serta akademisi Poltesa.
Materi pertama disampaikan oleh Bambang dari Polres Sambas yang memaparkan definisi dan bentuk-bentuk tindakan intoleransi, termasuk dampak negatifnya terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Sementara itu, tokoh agama Nazarudin mengaitkan isu intoleransi dan radikalisme dengan nilai-nilai keislaman. Ia mengutip sejumlah ayat Al-Qur’an yang menyinggung bahaya radikalisme, di antaranya dari Surah At-Taubah dan Al-Baqarah.
“Radikalisme tidak hanya mencoreng nama baik agama, tetapi juga dapat mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa dan mencoreng nama baik keluarga,” ujarnya.
Akademisi Poltesa, Deni Irawan, menggarisbawahi pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change). Menurutnya, mahasiswa harus memiliki sikap kritis dan aktif dalam kampanye edukatif, termasuk memanfaatkan media sosial, menggelar diskusi lintas agama, serta bekerja sama dengan pemerintah dan pihak berwenang untuk mencegah berkembangnya paham radikal.
“Mahasiswa harus peka terhadap dinamika sosial dan segera melaporkan jika menemukan indikasi radikalisme di lingkungan sekitarnya,” tegasnya.
Presiden Mahasiswa Poltesa, Edi, menegaskan bahwa intoleransi dan radikalisme adalah ancaman nyata terhadap keutuhan bangsa.
“Paham ini dapat merusak persatuan dan kesatuan Indonesia. Tentu, segala hal yang berpotensi merusak harus kita lawan bersama,” katanya.
Ia berharap dialog panel ini dapat menjadi langkah awal dalam membendung penyebaran paham-paham berbahaya, khususnya di lingkungan kampus.
“Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu dalam mencegah penyebaran paham intoleransi dan radikalisme di Kabupaten Sambas. Mari jaga daerah kita agar tetap aman, damai, dan kondusif di tengah keberagaman,” pungkasnya. *** (Sera)