JEJARINGKALBAR.ID, –Adalah Jumliah, nenek 64 tahun pengrajin lesung batu di Parit Nangka, Desa Nusapati, Kecamatan Sungai Pinyuh, Mempawah, tinggal di rumah tak layak huni dan bocor, Selasa 9 Juni 2024.
Bersama keluarganya, Jumliah tinggal di rumah papan ukuran 4×6 meter. Setiap hujan, rumahnya bocor. Kondisi itu sudah empat tahun belakangan, dikarenakan dia dan anak-anaknya hidup dalam kekurangan.
Sebagai pengrajin lesung batu. Jumliah hanya berpenghasilan Rp.50 ribu sehari. Anaknya membuat lesung, dia membuat penumbuk atau aluk-aluk. Per satu aluk-aluk dia dibayar Rp.2.500. Sehari hanya mampu membuat 20 aluk-aluk.
“Suami saya sudah dua tahun meninggal, dulu kami tinggal tak jauh di sini, ada rumah kecil di samping meubel. Empat tahun lalu, kami pindah ke rumah ini. Beginilah kondisinya, apa adanya,” katanya.

Membuat lesung batu tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan kadang-kadang, bos yang memesan lesung batu kepenuhan stok, sehingga dia harus lengkang bekerja sebulan dua bulan. Bagaimana mau merenovasi rumah.
“Kalau stok masih banyak kadang-kadang sebulan dua bulan tidak kerja. Jadi selama itu saya hanya berharap diberi makan oleh anak-anak saja. Mereka juga serabutan, asal bisa bertahan sudah syukur,” katanya.
Jumliah punya mimpi yang sama dengan orang kebanyakan, hidup berkecukupan dan tinggal di rumah yang layak. Namun apa daya, saat ini hanya bisa berharap dengan bantuan bedah rumah dari pemerintah.
“Mudah-mudahan saya dibantu bedah rumah oleh pemerintah. Besar sekali harapan saya kalau rumah saya yang sudah bocor ini dapat dibedah agar nyaman dan layak untuk ditempati,” pungkasnya. ***