JEJARING KALBAR – Kabar baik datang dari sektor perkebunan di Kabupaten Sambas. Sepanjang tahun 2024, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit tercatat stabil di atas Rp2.500 per kilogram. Stabilitas harga ini menjadi berkah tersendiri bagi petani sawit di daerah tersebut, termasuk petani mandiri yang bergantung pada hasil kebun sebagai sumber penghidupan utama.
Andri, salah satu petani sawit di Kecamatan Tebas, mengungkapkan bahwa kestabilan harga ini memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan petani. Menurutnya, pendapatan yang lebih pasti memotivasi para petani untuk terus merawat kebun mereka dengan lebih baik.
“Alhamdulillah, harga TBS sepanjang tahun ini sangat stabil, bahkan cenderung menguntungkan. Kami bisa menabung lebih banyak dan memperbaiki perawatan kebun, seperti menambah pupuk dan menjaga kualitas tanaman. Semoga tahun depan harga tetap stabil,” ujar Andri, Selasa 3 Desember 2024.
Stabilitas harga TBS juga diproyeksikan akan terus terjaga pada tahun 2025. Prediksi ini memberikan optimisme baru bagi para petani di Kabupaten Sambas. Pemerintah daerah dan pihak terkait pun terus memberikan dukungan, mulai dari pendampingan teknis hingga program-program untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen.
“Kalau harga tetap seperti ini, kami semakin semangat. Hasilnya bukan hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tapi juga bisa diinvestasikan untuk pengembangan kebun, seperti perluasan lahan atau perbaikan alat,” tambah Andri.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Sambas. Dengan luas lahan yang terus bertambah dan pengelolaan yang semakin baik, potensi ekonomi dari sektor ini diharapkan dapat terus berkembang, tidak hanya bagi petani mandiri, tetapi juga untuk kemajuan daerah secara keseluruhan.
Stabilnya harga TBS menjadi salah satu indikator positif bagi sektor pertanian di Kabupaten Sambas. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelapa sawit tetap menjadi andalan dalam mendukung kesejahteraan masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah. ***